Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Pribadi Main Proyek Pemerintah

Kali ini kami ingin menceritakan pengalaman pribadi kami main proyek pemerintah di sebuah kabupaten propinsi Lampung. Main proyek di pemerintah ini adalah pengalaman pertama bagi penulis.

Sebagaimana telah di ketahui definisi proyek secara umum adalah sebuah kegiatan yang di laksanakan atas dasar permintaan pemilik suatu pekerjaan dan di laksanakan oleh pelaksana proyek, pekerjaan.

Dengan pelaksanaan pekerjaan berupa pengadaan jasa dan atau produk, barang, sesuai dengan spesifikasi yang di inginkan atau telah di tentukan oleh pemilik pekerjaan.




Suatu proyek dapat berupa pengadaan barang dan atau jasa yang di lakukan oleh pihak swasta atau pemerintah pusat/pemerintah daerah. Pelaksanaan proyek di lakukan melalui jasa pihak ketiga.

Untuk pertama kalinya dalam hidup penulis kami merasakan sendiri bagaimana sulitnya untuk dapat memenangkan suatu proyek atau kegiatan yang di laksanakan oleh pemerintah daerah.

Waktu itu kegiatannya adalah pengadaan buku pelajaran untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Untuk pertama kalinya penulis dan seorang teman mencoba peruntungan dengan memasuki dunia proyek pemerintah untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Sebelumnya penulis dan teman belum pernah secara langsung terlibat dalam suatu proyek yang berhubungan dengan pemerintah.

Sebelumnya penulis dan seorang teman baru terbatas mengenal istilah proyek tersebut dari rekan-rekan senior saja.

Tahun 2010 adalah tahun di mana penulis dan seorang teman memasuki wilayah pekerjaan ini. Mencoba untuk meraih peruntungan dan ingin mencari tau tentang kebenaran suatu proyek.

Walaupun kami baru memulai namun persiapan yang kami lakukan cukup matang. Karena sebelumnya kami telah cukup banyak mengetahui permainan proyek pemerintah.

Dengan di bantu oleh seorang teman yang telah cukup tahu dengan dunia proyek, kami mulai bergerilya untuk mencari informasi ke sana ke mari.

Kebetulan di tahun itu pemerintah pusat mengeluarkan program pelaksanaan kegiatan pengadaan buku secara nasional. D

Dengan berfikiran bahwa kami adalah salah satu putra daerah, kami berusaha untuk mencoba mengambil peluang tersebut di daerah kami.


Persiapan-persiapan mengenai pekerjaan proyek tersebut mulai kami lakukan, dari mulai menyiapkan perusahaan-perusahaan yang akan kami majukan ke dalam kegiatan tersebut.

Menghubungi pihak-pihak yang berkompeten, berkaitan, di bidang pengadaan perbukuan, di mana produk buku cetak tersebut adalah produk yang akan di kerjakan.

Mengirim rekan-rekan lain ke kabupaten-kabupaten selain kota tempat kami berada untuk menjalin komunikasi dengan para birokrat di sana, sekaligus menyiapkan dkumen-dokumen yang mungkin akan di butuhkan. Semua kami lakukan

Sambil berjalan kami terus menyiapkan hal-hal yang mungkin akan di perlukan. Hanya 1 hal yang kami tidak lakukan, yaitu menyiapkan "Pengamanan".

Hal tersebut tidak terfikirkan oleh kami, karena kami menilai, berfikir bahwa situasi telah cukup berubah tidak seperti dulu yang masih membutuhkan kekuataan massa dan kami di sibukkan dengan menyiapkan hal-hal lainnya, yang menyita waktu kami.

Ternyata tidak demikian adanya. Tidak adanya persiapan kami tentang "pengamanan" ini menjadi suatu kesalahan fatal yang akhirnya harus kami sesali.

Surat dukungan telah kami dapatkan dari distributor jakarta dan rekan-rekannya. Surat rekomendasi bahwa kami adalah distributor, penyedia buku paket, sesuai spesifikasi yang di butuhkan kami dapatkan untuk 1 propinsi, daerah kami.

Kami mengajak rekan-rekan lain untuk juga mengerjakan proyek ini. Dengan surat dukungan tersebut kami percaya kami akan dapat melaksanakan proyek sesuai spesifikasi dengan baik.

Walaupun pada akhirnya rekan-rekan yang kami utus di kabupaten lain gagal mendapatkan kepercayaan dari birokrat di tempat lainnya. 

Alhamdulillah kami berhasil mendapatkan kepercayaan tersebut, dari seorang birokrat di sebuah kabupaten. Tanpa fee di depan.

Persiapan kami mencapai 100 % hingga kami merasa, saat itu pasti kami akan mendapatkan kesuksesan.

Namun ternyata birokrat tempat kami berusaha, belum mempunyai cukup pengalaman untuk mengelola suatu paket pekerjaan, sehingga kami harus membantu beliau sampai pada tahap pembuatan dokumen lelang. 

Sebuah pekerjaan yang sebenarnya bukan menjadi tugas kami. Namun karena kami merasa telah di bantu beliau dengan beliau tidak meminta fee proyek di depan. Dengan sekuat tenaga kami mengerjakannya. 

Singkat cerita dokumen lelang telah jadi secara sempurna. Hampir tidak ada kesalahan di dalamnya. Nilai proyek 1,2 milyar.

Tidak sedikit waktu dan uang kami keluarkan untuk upaya mendapatkan proyek pengadaan buku ini.

Setelah pembuatan dokumen lelang kami lakukan, ternyata birokrat tadi meminta kepada kami untuk menyiapkan dan asebesar 30 juta rupiah, yang beliau katakan untuk "pengamanan".

Sungguh kami terkejut dengan permintaan itu. Namun dengan harapan proyek tersebut dapat kami menangkan, kami berupaya untuk mendapatkan dana tersebut. 

Berbagai upaya coba kami lakukan, namun ternyata belum kami dapatkan. Suatu hari datanglah teman kami dengan membawa rekannya. 

Dalam perbincangan, di nyatakan, rekan teman kami tersebut yang akan menutupi biaya sebesar 30 juta yang di butuhkan. Dengan perjanjian hasil keuntungan di bagi 3. Dengan sangat terpaksa kami mengiyakannya. 

Ketika harinya dana tersebut harus di serahkan, si rekan baru tersebut ternyata tidak juga memberikan dana yang telah di janjikan dengan berbagai alasan. 

Akhirnya kami pun tidak dapat memberikan dana tersebut kepada birokrat pelaksana kegiatan.

Lelang proyek tetap di laksanakan, dengan masih percaya diri kami tetap berusaha mengikutinya dengan baik. 

Namun pada saat kami ingin memasukkan dokumen lelang ke dalam kotak dokumen, kami tidak dapat melakukannya karena di halangi oleh pihak-pihak tertentu.

Dengan berbagai intimidasi yang di lakukan, akhirnya kami tidak mampu memasukkan dokumen lelang ke dalam tempat semestinya.

Di sanalah kami merasakan kekecewaan yang sangat dalam, sang birokrat pun tidak mampu memberikan jalan keluar. 

Berdasarkan informasi, karena banyaknya kekacauan yang terjadi dalam lelang tersebut. Pelaksanaan lelang sampai di ulang 3 kali. Kami sudah tidak berminat untuk mengikutinya kembali.

Beberapa waktu kemudian teman kami menghubungi, bahwasanya ada beberapa "pemain" yang menang dalam proyek tersebut, termasuk proyek-proyek yang sama di kabupaten lain menghubungi untuk minta bantuan pengadaan bukunya, produk atau barang yang di tender kan.

Dengan tegas kami menolaknya. Kami katakan, biarkan saja mereka di penjara karena tidak mampu melaksanakan kegiatan tersebut.

Alasan kami menyatakan hal tersebut karena kami telah menyatakan di berbagai kesempatan kepada rekan-rekan, termasuk rekan-rekan senior bahwa kami adalah perwakilan yang di tunjuk langsung oleh distributor di Jakarta dan rekan-rekannya untuk wilayah kami.

Karenanya tanpa kehadiran kami maka kegiatan pengadaan buku tidak akan berjalan dengam baik dan mungkin akan mendapatkan masalah.

Kami dan tim pun telah sepakat untuk tidak serakah. Untuk tidak mengambil seluruh kegiatan pengadaan buku tersebut di provinsi kami.

Walaupun sebenarnya kami memiliki cukup kekuatan, khususnya, dengan adanya back up dari pihak konsorsium buku yang telah menunjuk kami sebagai perwakilan.

Namun sepertinya mereka tidak percaya. Sehingga di antara mereka ada yang "menumbur" kami, mengambil kegiatan pengadaan buku yang mestinya menjadi milik kami. Hal inilah yang membuat kami sangat kecewa.

Akhirnya memang, kegiatan proyek tersebut mengalami banyak masalah, cukup banyak "pemain" dan birokrat yang akhirnya masuk penjara.

Tidak pun masuk penjara, mereka harus mengeluarkan dana yang besar untuk mengganti kerugian negara di sebabkan spesifikasi buku yang menyalahi dokumen lelang seperti yang telah di tentukan.

Hikmah dalam kejadian ini yang dapat penulis ambil adalah pertama bahwa benar memang dunia proyek itu keras. Kedua bahwa benar hingga saat itu, permainan uang masih kental. Ketiga bahwa memang masih banyak birokrat yang terpedaya dengan uang, hingga melupakan kualitas pengerjaan suatu kegiatan. Keempat bahwa memang keserakahan akan membuatmu terpuruk ke dalam lubang kehinaan, oleh karenanya jangan lah sekali-kali kamu serakah. Dan yang terakhir, bahwa rejeki memang ada yang mengatur. 

Jika memang apa yang telah kita upayakan secara maksimal belum juga menghasilkan. Selayaknya kita harus intropeksi diri dan percaya, bahwa segala sesuatu telah ada yang mengatur, Dia Tuhan Yang Maha Kuasa.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga artikel pengalaman pribadi main proyek ini dapat bermanfaat. Salam

Jangan lupa baca juga Arti Sebuah Kesuksesan

Posting Komentar untuk "Pengalaman Pribadi Main Proyek Pemerintah"