Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sekolah Bangkrut, Siapa Yang Rugi?

Artikel sekolah bangkrut, siapa yang rugi ini kami buat untuk dapat di jadikan sebagai informasi sekaligus pembelajaran untuk kita semua segenap anak bangsa. 

Terkhusus untuk segenap stake holder, pemangku kepentingan, pendidikan di Indonesia agar dapat lebih baik dalam merumuskan, membuat kebijakan tentang pendidikan nasional.

Melalui artikel ini kami akan menuliskan opini kami tentang alasan kenapa, mengapa sekolah bangkrut.

Sekolah Bangkrut, Siapa Yang Rugi?

Mengapa Sekolah Bangkrut? Apa alasannya??


Belum lama ini terdengar kembali sebuah kabar dari daerah Sumatera utara, tepatnya di kota pematang Siantar tentang sebuah Sekolah Menengah Umum (SMU) swasta yang sebentar lagi akan mengalami kebangkrutan. 

Satu alasan terpenting mengapa sekolah tersebut menjadi bangkrut adalah karena tidak mampu menjaring minat siswa untuk belajar di sekolah tersebut.

Hal ini dapat terjadi karena memang banyak nya sekolah swasta tidak memiliki sumber daya yang cukup memadai dalam hal sarana dan prasarana sekolah.

Sekolah tersebut hanya mampu menjaring siswa maksimal sebanyak 20 orang siswa saja dari beberapa tahun terakhir. 

Sebuah permasalahan yang cukup pelik, karena sebagaimana telah di ketahui bersama bahwa nyawa dari sebuah institusi sekolah swasta terletak pada jumlah seberapa besar siswa yang belajar di dalamnya.

Hal ini mempunyai korelasi yang tinggi. Karena dengan banyaknya jumlah siswa yang belajar di sekolah tersebut berarti fihak sekolah dapat memperoleh sumber pembiayaan yang cukup besar dari setiap wali murid dan bantuan dari pemerintah daerah/pusat.

Sepanjang yang kami ketahui sebuah sekolah terancam akan mengalami kebangkrutan di karenakan sekolah tersebut tidak lagi mampu membiayai biaya operasi sehari-harinya. 

Sebagaimana telah di ketahui bersama, biaya terbesar dalam pengeluaran tersebut adalah biaya untuk honor/gaji guru.
 
Sekolah swasta tidak lah sama dengan sekolah negeri, khususnya dalam masalah pembiayaan honor/gaji guru. 

Pihak penyelenggara sekolah swasta di tuntut untuk lebih keras berfikir untuk mencari sebuah solusi bagaimana caranya di tengah segala keterbatasan sumber daya yang ada sekolah tetap dapat berjalan dengan baik. 

Karena segala pengeluaran harus di penuhi oleh fihak pengelola, termasuk biaya honor/gaji guru. 

Di sementara waktu mayoritas biaya pengeluaran sekolah negeri termasuk di dalamnya gaji/honor guru telah di tanggung oleh pemerintah.

Anehnya di tengah tuntutan yang sama dari pemerintah tentang upaya peningkatan kualitas pendidikan antara sekolah negeri dan sekolah swasta, tidak ada dikotomi, namun pemerintah masih juga membedakan perlakuan antara fihak sekolah swasta dan negeri. 

Ibaratnya terjadi perang tanding yang tidak sebanding laksana Daud melawan Goliath. Sekolah swasta ibarat Daud sementara sekolah negeri laksana Goliath.

Bagaimana sekolah swasta tidak bangkrut??! Bagaimana sekolah bangkrut tidak bertambah di segenap pelosok negeri jika dikotomi antara pihak sekolah negri dan swasta sampai saat ini terus terjadi???

Sebagaimana telah kami sampaikan di atas, biaya operasional terbesar dari sebuah sekolah adalah untuk pengeluaran membayar honor/gaji guru dalam setiap bulannya. 

Bagaimana pihak sekolah swasta akan dapat menyamai apalagi menandingi kualitas sekolah negeri dengan hampir segala sesuatunya di biayai oleh negara.

Terlebih lagi jika di sebuah daerah ada kebijakan-kebijakan politik yang seakan memberikan pencerahan kepada masyarakat namun pada kenyataannya adalah memberikan sebuah kebijakan yang tidak memberikan solusi yang benar.

Sebagai contoh, ada sebuah daerah karena kebijakan populis kepala daerahnya mengeluarkan sebuah kebijakan yang menyatakan bahwa sekolah negeri harus memberikan kuota sebesar 50% untuk siswa miskin/tidak mampu agar dapat belajar di sekolah negeri dengan di biayai oleh pemerintah daerah yang bersangkutan.

Kebijakan yang terlihat baik, namun pada kenyataannya hal ini membawa dampak yang cukup besar, tidak saja kepada sekolah swasta karena tidak mampu menjaring siswa, melainkan juga berimbas kepada sekolah negeri itu sendiri. 

Cukup banyak sekolah negeri yang akhirnya memaksakan jumlah siswa yang melebihi batas maksimal siswa di dalam setiap kelasnya. 

Bahkan ada sekolah-sekolah negeri yang mau tidak mau membuat ruangan kelas baru dari dana yang seharusnya dapat di pergunakan untuk lebih memberikan pelayanan yang kepada siswa yang telah ada.

Yang terburuk adalah sekolah-sekolah negeri tersebut tidak lagi dapat mempertahankan kualitas pelayanan kepada siswa dengan melihat jumlah output kelulusan siswanya yang menjadi kurang dari sebelumnya. 

Karena sebagaimana telah di ketahui input setiap siswa adalah berbeda tidak dapat di samakan semuanya. Jika di  paksakan bisa saja, namun tentu akan memperangaruhi outputnya.

Hal--hal seperti inilah yang menjadi salah satu penyebab dari cukup banyaknya penyebab yang membuat sekolah swasta akhirnya menjadi bangkrut, tentu selain managemen yang kurang dari pihak sekolah swasta dan hal-hal lainnya.

Selanjutnya siapa kemudian yang rugi dalam peristiwa ini? Menurut kami cukup banyak yang akan di rugikan. 

Tidak saja pihak sekolah maupun Yayasan pengelola sekolah swasta tersebut. Namun juga pihak guru, siswa, masyarakat, daerah dan bangsa ini sendiri.

Bagaimana tidak? Dengan di tutupnya sekolah swasta karena bangkrut. Maka akan semakin bertambah jumlah guru yang akan kehilangan pekerjaannya. 

Banyak siswa yang akhirnya tidak dapat terakomodasi lagi oleh sekolah. Karena sekolah-sekolah negeri pun terbatas daya tampungnya. 

Akhirnya hal ini akan mengakibatkan kerugian juga yang akan di alami oleh suatu daerah dan bangsa ini. 

Karena secara langsung dan tidak langsung, bangkrutnya sekolah swasta ini, akan menciptakan pengangguran-penggangguran terdidik, siswa-siswa yang tidak dapat sekolah karena kurangnya sarana dan prasarana.

Oleh karenanya hemat kami, sebagaimana telah kami sampaikan pada tulisan kami sebelumnya, seyogyanya perhatian pemerintah kepada sekolah swasta harus lebih di tingkatkan. 

Jangan sembarangan untuk membuat kebijakan. Jangan hanya sekedar menuntut agar fihak sekolah swasta dapat memberikan yang terbaik, Namun juga harus di imbangi dengan fasilitasi yang harus di berikan oleh pemerintah.

Jangan lagi ada dikotomi antara sekolah swasta dan sekolah negeri. Karena pada hakekatnya baik sekolah negeri maupun sekolah swasta pada dasarnya adalah sama, mencoba berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara melalui jalur pendidikan. Fasilitasi keduanya agar dapat bersaing secara sehat.

Jika Anda mempunyai pendapat lain tentang sekolah bangkrut, siapa yang rugi? Jangan ragu untuk menuliskan komentar di bawah artikel ini. Semoga bermanfaat

Posting Komentar untuk "Sekolah Bangkrut, Siapa Yang Rugi?"