Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Awal Mula Uang dan Bank Di Dunia

Kisah awal mula terbentuknya uang dan bank di dunia ini bukanlah kisah sebenarnya. Namun kisah terbentuknya awal mula uang dan bank di dunia ini semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Sumber cerita ini dari sebuah buku yang mengupas tentang masalah sistem perekonomian dewasa ini. Akan kami sampaikan di akhir cerita. Selamat menikmati.

Alkisah, di zaman ketika belum cukup banyak orang mengenal yang namanya uang dan bank. Hiduplah 2 kelompok manusia di 2 buah pulau yang berbeda namun berdekatan. Kedua kelompok ini berbeda cara mendapatkan penghasilan, cukup berbeda dalam masalah kesejahteraan, namun kedua kelompok ini memiliki satu persamaan yang sangat baik. 

Persamaan kedua kelompok ini adalah rukunnya kehidupan mereka. Saling tolong menolong, saling membantu, saling merasa membutuhkan dan tidak egois adalah sifat-sifat yang di miliki oleh kedua kelompok masyarakat ini.
Awal Mula Uang dan Bank Di Dunia
Kelompok masyarakat pertama, kita sebut saja dengan nama Tinus. Desa Tinus adalah sebuah desa yang cukup sejahtera masyarakatnya. Hampir tidak ada masyarakat desa Tinus yang hidupnya berada di dalam kekurangan. 

Pertambangan emas menjadi salah satu hasil buminya, selain dari tanahnya yang subur menghasilkan begitu banyak dan berlimpah tanaman dan buah-buahan. Namun begitu, kehidupan mereka biasa saja. Tidak ada yang saling bermegah-megahan menonjolkan diri satu sama lain. Semua orang dalam desa tersebut hidup dengan rukun dan damai. 

Alat tukar mereka adalah emas sebagai pengganti uang karena masyarakat desa Tinus belum mengenal yang namanya alat tukar uang dan Bank. Setiap kebutuhan mereka cukupi dengan saling menukarkan koin emas di antara mereka sendiri. 

Nyaris tidak ada percekcokan, iri hati, dengki, perselisihan ataupun perkelahian di antara mereka. Masing-masing mereka menyadari posisinya masing-masing berdasarkan peran mereka masing-masing di desa tersebut.  

Desa Tinus di kepalai oleh seorang kepala desa atau kepala adat yang adil dan bijaksana, Danu namanya. Sekalipun beliau adalah penguasa tunggal dan sangat berkuasa. Kebijakannya tidak ada sama sekali menyusahkan warganya.

Kelompok kedua, sebut saja Tanus. Masyarakat Desa Tanus karena hidup di daerah pantai. Mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya adalah Nelayan. Kehidupan mereka di bawah sedikit daripada kesejahteran penduduk Desa Tinus. 

Namun kehidupan mereka juga nyaris tidak pernah menemui masalah. Kehidupan bergotong royong, saling bahu - membahu, bantu membantu menjadi kebiasaan mereka. Tidak ada permasalahan yang tidak dapat mereka atasi dengan adanya musyawarah.

Alat tukar untuk mencukupi kebutuhan penduduk masyarakat desa Tanus ini masih sangat sederhana. Mereka hanya memakai sistem barter saja. Jika ada sekelompok warga yang ingin memiliki sesuatu yang tidak di miliki atau tidak dapat di produksinya, maka mereka menukarkan apa yang di milikinya tersebut dengan barang yang di inginkan yang di miliki oleh orang lain.

Kegiatan barter ini telah berjalan cukup lama. Semuanya berjalan apa adanya. Tidak ada suatu permasalahan yang besar di antara mereka. Jika mereka senang sama senang, barter pun mereka lakukan. Jika belum menemui kesepakatan, maka mereka akan pergi mencari seseorang atau sekelompok orang yang dapat memenuhi sesuai dengan harapannya. Sebuah kehidupan yang sangat sederhana namun damai.

Selang beberapa waktu kemudian datanglah 2 orang pengembara ke desa Tinus. Mereka mendengar kehidupan di desa tersebut yang sejahtera. Banyak memiliki koin emas dan belum mengenal alat tukar uang dan Bank.

Dengan membawa hadiah, mereka datang menemui kepala desa Tinus. Dengan membawa uang kertas dan alat cetak untuk membuat uang mereka bertamu ke kediaman Kepala Adat Desa Tinus. Kita sebut saja 2 tamu tersebut bernama Tongos dan Tungus. Dengan bermanis muka dan sapa mereka mulai memasang jerat mereka.

Singkat cerita Tongos berkata kepada kepala desa : "Bapak, ini adalah contoh alat tukar yang namanya uang. Maukah Bapak di desa ini dapat memiliki alat tukar yang sangat sederhana namun praktis ini? Bapak tidak perlu lagi membawa-bawa koin emas yang bapak miliki. 

Koin emas yang cukup berat tersebut dapat bapak tinggal di rumah dan Bapak tetap dapat melakukan jual beli sebagaimana biasa untuk memenuhi keperluan bapak. Istimewanya lagi, Tongos menyambung: Gambar Bapak akan ada di uang kertas ini . Dengan begitu maka akan semakin banyak orang yang tahu dengan Bapak dan Desa yang terpencil namun indah ini".

Mendengar penjelasan Tongos, Bapak Kepala Desa Danu akhirnya terpengaruh. Tidak lama beliau segera mengumpulkan seluruh warganya untuk mendapatkan penjelasan secara langsung dari si Tongos tentang apa yang telah di sampaikan kepadanya.

Mendengar penjelasan yang sangat menarik dari si Tongos serta rasa hormat dan segan mereka kepada Kepala Desa nya, selain juga ingin nama Desa nya lebih di kenal oleh masyarakat yang lebih luas maka seluruh warga Desa Tinus menyepakati bersama bahwa mereka akan menggunakan alat tukar baru yang bernama uang untuk menggantikan koin-koin emas yang selama ini mereka gunakan.

Tidak lama kemudian mulai lah seluruh anggota masyarakat di desa tersebut menggunakan uang kertas sebagai alat tukar. Tahapan pertama yang di lakukan oleh Tongos dan Tungus adalah mengumpulkan koin-koin emas yang ada di  tangan masyarakat tersebut dan di tukar dengan uang kertas. Terkumpul lah sejumlah 1 juta keping emas dari seluruh masyarakat desa Tinus.

Saat ini lah mulai terbentuk Bank. Koin-koin emas yang masyarakat titipkan kepada Tongos dapat di ambil kapan saja oleh masyarakat. Tongos sangat menjaga sekali akan kepercayaan ini. Sehingga lama kelamaan masyarakat sangat percaya dengan Tongos.

Dari satu juta keping uang emas tersebut masing-masing dari masyarakat tersebut di berikan sejumlah uang kertas sejumlah koin emas yang mereka miliki. Ternyata banyak dari mereka tidak menginginkan banyak uang kertas mereka miliki. Rata-rata mereka hanya menginginkan 10 % saja dari jumlah koin emas yang mereka miliki.

Sehingga uang kertas yang seharusnya beredar di masyarakat sejumlah 1 juta uang kertas. Hanya beredar sebanyak 100 ribu uang kertas saja. Dengan demikian, tersisa sebanyak 900 ribu uang kertas sebagai pengganti koin emas yang mereka miliki.

Kehidupan masyarakat berjalan dengan lancar. Tongos dan dan Tungus pun merasa senang. Mereka dapat memiliki harta kekayaan hanya dengan bermodalkan kertas yang tidak berharga dan alat percetakan.

Kehidupan desa Tinus yang berubah rupa-rupanya terdengar pula hingga ke seberang ke desa Tanus. Segera kepala desa Tanus, sebut saja bernama Duna mengirimkan utusan untuk menemui Tongos dan Tungus agar di desa mereka dapat juga berdiri sebuah bank dan menggunakan uang kertas untuk menjadi alat tukar menukar.

Singkat cerita Tongos menugaskan Tungus untuk pergi ke desa Tanus untuk membuat cabang dari Bank yang baru saja di buat oleh mereka di desa Tinus. Tidak lama kemudian berdirilah cabang Bank baru di desa Tanus. Karena desa Tanus tidak memiliki emas maka Tongos mengeluarkan uang kertas dari perbendaharaan Bank sisa dari uang kertas yang di cetak di bank desa Tanus sebesar 900 ribu dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat desa Tanus.

Tentu saja apa yang di berikan Tongos tidak gratis. Ada beban bunga yang di tetapkan di sana. Tongos menetapkan bunga sebesar 15% pertahun. Bunga yang cukup besar namun masyarakat desa Tinus menerimanya dengan senang hati karena mereka menginginkan kemudahan dan kemajuan yang pada dasarnya kemajuan dan kemudahan yang terlihat itu semu.

Tidak lama mulai lah keadaan berubah di desa tersebut. Bukan berubah menjadi lebih baik namun berubah menjadi buruk. Desa yang tadinya penuh dengan semangat jiwa gotong royong, saling tolong menolong antar masyarakat menjadi sebuah desa yang individualistis karena mereka terikat dengan hutang yang harus di bayar sebelum jatuh tempo.

Banyak pula yang akhirnya menjadi jatuh miskin karena harta bendanya di sita Bank karena tidak sanggup membayar hutang yang jatuh tempo beserta bunganya. Kepala desa Tanus pun akhirnya sampai merasakan rasa malu yang sangat besar karena beliau sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membayar hutang beserta bunganya.

Akhir kata berhasil lah Tongos dan Tingus mendapatkan harta benda yang begitu banyaknya. Bahkan kekuasaan pun mereka dapatkan hanya dengan bermodalkan kertas dan mesin cetaknya. Begitulah kisah asal mula uang kertas dan bank yang ada di dunia.

Alih-alih dapat menolong dan membuat kehidupan bermasyarakat menjadi lebih baik namun pada kenyataannya hal tersebut hanya mengakibatkan kerusakan, kebinasaan dan kemiskinan. Uang kertas dan Bank dengan sistem bunganya telah terbukti hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok saja.

Untuk lebih lengkap silahkan Anda membaca sebuah buku yang berjudul Satanic Finance. Jika Anda pembaca blog sederhana ini memiliki pendapat lain tentang kisah asal mula uang dan Bank di dunia, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga bermanfaat. Terima kasih 

Posting Komentar untuk "Awal Mula Uang dan Bank Di Dunia"